Pengamalan Pancasila di Zaman Modern (Globalisasi)
Diposkan oleh Ayah Noura
Kenyataan ungkapan bahwa “dunia ini sempit atau duniaselebar daun kelor” memang
sudah terwujud. Pada era global ini anak yang baru lahir pun sudah berkenalan
dengan teknologi. Sekecil apa pun manusia (berperadaban modern) sekarang telah
mengenyam dan memenfaatkan teknologi. Tidak ada seorang manusia yang bisa
membendung meluasnya teknologi modern di zaman ini. Dalam hitungan detik
perubahan teknologi sudah meninggalkan kita jika kita tidak mengikuti perkembangannya.
Kemajuan zaman yang seolah meringkas jagat raya menjadi genggaman manusia, segala sesuatu bisa dideteksi dengan cepat dan mudah. Seiring dengan pesatnya perkembangan IPTEK, proses pendidikan juga mengalami perubahan signifikan. Cara belajar dan media belajar yang tersebar di media masa bisa diserap melalui jejaring sosial oleh siapa pun secara gratis.
Layanan web jejaring sosial kini menjadi bagian
integral bagi masyarakat modern umumnya dan komunitas pengguna internet
khususnya. Ada banyak sekali layanan web jejaring sosial yang bisa digunakan.
Umumnya orang Indonesia hanyalah menggunakan Twitter, Facebook, MySpace, atau
mungkin Google+, walau sebenarnya banyak sekali jejaring sosial di luar sana
yang masing-masing web memiliki segmen masyarakat masing-masing.
Transformasi teknologi menyebabkan sistem pendidikan
berubah. Metodologi pengajaran secara otomatis mengikuti arus perubahan hingga
melampaui batas-batas teori. Pedagogik mengarahkan orang-orang modern belajar
secara otodidak di semua negara maju. Persyaratan baru yang diperlukan dalam
mencari solusi, teknologi memainkan peran yang semakin penting untuk
diimplementasikan. Hal ini sudah dimanfaatkan untuk pendekatan pembelajaran
baru seperti: kelas onlne, kuliah online, kursus online masif terbuka , mobile
learning, dan lain sebagainya. Pemanfaatan jejarang sosial, seperti email,
instagram, youtube, filkr, twiter, dll. juga menjadi media komunikasi dan media
otodidak yang sangat besar jumlah penggunanya.
Pesatnya kemajuan IPTEK pada dekade global sekarang
menyebabkan terjadinya revolusi pendidikan, yaitu suatu akibat dari teknologi
yang mengarahkan pada transformasi radikal di sekolah-sekolah dan universitas.
Tanpa diseting pun revolusi tersebut otomatis mengubah sistem, karena tak ada
seorang yang mampu membendung penggunaan dan efek IPTEK. Kenyataan yang terjadi
di setiap waktu sudah dipahami bahwa teknologi baru telah mengubah gaya hidup
manusia, budaya, dan lingkungan kerja. Saat ini telah banyak individu yang
memutuskan untuk mengadopsi perubahan melalui IPTEK tersebut.
Revolusi pendidikan seperti itu bisa berlangsung di
lingkungan keluarga, lingkungan RT/RW, kafe- kafe, di tempat-tempat umum, di
kantor-kantor, dan sebagainya. Hal ini dilakukan oleh setiap orang yang
memutuskan untuk mengambil pembelajaran menurut kehendak mereka masing-masing
dan tidak terbatas usia maupun status sosial. Teori live long education
tertanam secara tak sadar melekat pada diri mereka, dan mereka menemukan
sendiri di jejaring sosial internet maupun produk berbasis teknologi lain yang
sangat mudah untuk membantu mereka menemukan goal education.
Akibat pesatnya perkembangan internet dengan mobile
atau portabel menjadikan orang bebas mengakses data dengan mudah di dunia maya,
otomatis ia akan memperoleh dan menyerap ilmu atau informasi langsung dari
tablet iPhone, laptop, atau komputer yang digunakan. Kebebasan memperoleh
informasi yang akibatnya menjadi konsumsi sebagi ilmu tersebut semakin
berkembang dan menjadikan semakin kecanduan. Tentu saja selain hal-hal positif,
sesuatu yang negatif dan tabu ikut di upload sesuai ide, kultur, dan karakter
mereka, yang secara sadar maupun tidak sdar dibuka dan dinikmati/dikonsumsi
oleh para user internet.
Seiring perjalanan waktu dan perkembangan IPTEK,
pemanfaatan teknologi tanpa diimbangi penguatan karakter moral positif kepada
setiap insan di negeri ini, bukan kebaikan yang diperoleh, justru kehancuran
yang akan dipetik. Orang mempunyai kemampuan luar biasa dalam mencipta dan
menggunakan IPTEK yang seharusnya secara normal ideal membawa dampak
kesejahteraan hidup, bisa jadi berbalik menjadi senjata makan tuan bagi manusia
sendiri.
Dengan penguatan karakter yang ditanamkan pada jiwa
setiap orang, tentu kemajuan IPTEK membawa kesejahteraan hidup bersama. Agar
tidak tersesat dan terseret derasnya arus globalisasi, manusia harus pandai
memanfaatkan dan menyikapi kemajuan teknologi. Dalam hal ini semua orang selain
mempelajari dan memanfaatkan IPTEK, yang tidak kalah penting harus memperkuat
IMTAQ dan budi pekerti masing-masing. Mana kala manusia memiliki dan sedang
beradaptasi dengan teknologi canggih yang membuai kehidupan untuk berbuat
menuruti kemauan, hanya IMTAQ dan budi pekerti sebagai kendali.
Dalam dunia pendidikan yang diarahkan kepada para
pelajar, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan meresmikan program
Penumbuhan Budi Pekerti (PBD) di Jakarta, Jumat (24/7). Program tersebut
merupakan pembiasaan sikap dan perilaku positif yang diterapkan terhadap siswa
sekolah sejak masa orientasi peserta didik baru hingga masa kelulusan. Ada enam
tahapan alur penerapan program penumbuhan budi pekerti, yakni tahap pengajaran,
pembiasaan, pelatihan untuk bisa konsisten, proses pembiasaan, pembentukan
karakter, dan menjadi budaya. (Jakarta, CNN Indonesia).
Penanaman budi pekerti tidak ada guna dan manfaatnya
jika hanya ditanamkan kepada para pelajar di sekolah. Penanaman budi pekerti
seharusnya sudah dibiasakan pada setiap insan penduduk Indonesia dalam segala
pola pikir, pola bicara, dan pola tindak, sehingga ada kesinambungan antara
generasi tua dan generasi penerus bangsa ini.
Jika pemakai alat canggih di zaman modern ini sudah
membekali diri dengan sikap mental yang kuat, tentu tidak ada penipuan dengan
telepon seluler, tidak ada pembobolan ATM, tidak ada anggota dewan yang tertangkap
kamera wartawan menikmati BF ketika sidang, tidak ada korupsi, tidak ada
pengguna dan pengedar narkoba, dan lain-lain. Pemakai alat canggih selalu
positif thinking sehingga membuahkan kesejahteraan pribadi, keluarga, dan
bangsa.
Sebenarnya karakter bangsa Indonesia sudah tersurat
secara rinci dan jelas walau singkat. Aturan tersebut sangat fleksibel untuk
sepanjang masa dan secara hukum diundangkan menjadi dasar negara dan
undang-undang dasar negara. Dalam konspirasi nasional tersebut selain ada lima
agama yang disahkan dalam UUD 1945, satu-satunya Dasar Negara Republik
Indonesia, adalah Pancasila.
Pancasila sebagai pandangan hidup, pedoman hidup,
falsafah hidup, dan pemersatu bangsa, seharusnya diimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari oleh semua warga negara, terutama para pejabat negara,
tokoh masyarakat, dan pemuka agama, karena mereka menjadi barometer kelompok
sosial di bawahnya. Nilai-nilai luhur tiap sila Pancasila yang merupakan watak
dan kepribadian bangsa Indonesia sesuai cita-cita proklamasi 17 Agustus 1945
harus diamalkan secara murni dan konsekuen. Sebagai acuan pelaksanaan dalam
kehidupan sehari-hari sangat tepat ketika dituangkan dalam 36 butir Pancasila,
namun sekarang sudah banyak dilupakan.
Pertanyaannya sekarang, mengapa semua orang selalu
membahas karakter, moral, budi pekerti, dan sejenisnya? Seringnya ada
pembahasan para pakar tentang karakter, moral, budi pekerti, dll. tersebut
memang sudah terjadi ketidakimbangan antara harapan dan kenyataan tentang hal
yang dibahas tersebut. Saat ini jangankan diamalkan, teks Pancasila saja
orang-orang penting tidak hafal, apa lagi orang awam.
Jawaban yang tepat bukan kata-kata, melainkan berupa
tindakan sadar yang harus dilakukan bangsa Indonesia secara serentak adalah
pengamalan Pancasila ditegaskan lagi oleh pemerintah untuk kembali ke jati diri
bangsa secara murni dan konsekuen. Ideologi bangsa yang diabaikan sendiri oleh
pemiliknya, tidak inpas jika kita menuntut kemajuan teknologi bisa membawa bangsa
ini menikmati negara yang baldatun toyyibatun wa robbun ghofur. Kalau kita
tidak segera insyaf dan kembali ke cita-cita kemerdekaan yang diperjuangkan
para nenek moyang kita, kehancuran sudah siap melanda kita.
Jika semua penduduk Indonesia sudah mengamalkan
Pancasila dan beribadah menurut agama masing-masing (lima agama yang disahkan
UUD 1945), kemajuan teknologi pasti menjadi media dan sarana menuju kemajuan
bangsa dan negara. Kembali ke sifat dan karaktr bangsa yang tertuang dalam
Pancasila akan lebih baik yang bisa dipetik. Semakin jauh bangsa kita melupakan
dan mengabaikan dasar negara yang dibuat dengan tinta darah para pejuang, tak
heran jika makin jauh ketenteraman dan kesejahteraan dapat kita tempuh.
*) Ditulis oleh WIDODO SANTOSO, S. Pd. M. Pd. Kepala SDN 4 Mangkujayan Kabupaten Ponorogo
Sumber: http://www.sekolahdasar.net/2015/08/pengamalan-pancasila-di-zaman-modern.html#ixzz3kYBW26o6
*) Ditulis oleh WIDODO SANTOSO, S. Pd. M. Pd. Kepala SDN 4 Mangkujayan Kabupaten Ponorogo
Sumber: http://www.sekolahdasar.net/2015/08/pengamalan-pancasila-di-zaman-modern.html#ixzz3kYBW26o6
0 komentar: